Mungkin jika berbicara soal feminis, ini adalah salah satu pembicaraan yang sangat sensitif. Dan topik ini masih menjadi pro dan kontra di dunia. Karena artian feminis dari sebagian orang yang berbeda-berbeda. Karena pola pikir dan standar penerimaan orang berbeda-beda. Sehingga ada sebagian orang bisa menerima pendapat feminis ini, dengan dihilangkan beberapa poin. Ada juga yang tidak terima sama sekali. Dan ada beberapa yang tidak paham betul dengan teori feminis ini sehingga memberikan perdebatan. Tapi sebenarnya meskipun pembahasan ini sensitif, ada baiknya pembahasan ini malah dibicarakan untuk mendapatkan titik temu. Bukan malah menghindar dan topik ini malah semakin rancu.
Teori Feminis Di Beberapa Kelompok
Sebagian kelompok mengartikan teori feminis ini adalah, suatu tindakan penyerataan antara wanita dan pria. Dimana wanita yang dulunya dianggap hanya bisa tinggal dirumah. Dan laki-laki bekerja. Dan kelompok wanita pun menginginkan penyerataan seperti, wanita pun diberikan kesempatan yang sama untuk dapat bekerja. Karena mereka juga ada hak untuk mengeksplore dan mengekspresikan diri dan kemampuan mereka. Dan tidak ada pembedaan antara wanita hanya bisa lakukan ini, dan pria bisa melakukan ini dan itu. Beberapa kelompok pria pun berpikir hal yang sama. Seperti ya itu bagus. Wanita juga berkesempatan dalam bekerja. Tapi juga jangan lupa dengan kewajibannya. Misalnya seorang istri, kalian bisa bekerja, tapi jangan lupa dengan kewajiban mengurus anak. Inilah yang kadang menjadi pro dan kontra. Dan lebih ka arah komunikasi. Ada beberapa orang belum mengeri betul teori feminis sehingga sotoy dalam menanggapi teori ini. Jadi sebaiknya perjelas dulu informasi yang didapat baru berpendapat.
Pandangan Beberapa Kelompok Pria Akan Teori Feminist Ini
Untuk sebagian pria yang melihat teori ini beranggapan. Itu hal bagus. Baik juga malah jika di satu keluarga ada dua orang yang dapat menghasilkan. Tapi mereka juga berharap saat istri bekerja, bukan berarti meninggalkan tugasnya mengurus anak. Jika istri bisa membagi waktu dengan baik, silahkan saja. Tapi ada yang berpendapat, tidak bisa. Wanita harusnya di rumah menjaga anak, mengurus rumah dan melayani suami. Biarlah suami yang bekerja cari nafkah. Karena jika wanita ikut bekerja. Maka akan banyak pekerjaan rumah yang berantakan. Sehingga anak pun tidak terdidik dengan maksimal. Maka dari itu, untuk masalah ini sebenarnya kembali lagi dari keputusan antara suami dan istri sebelum melakukan pernikahan.